WASHINGTON- Presiden AS Joe Biden menyesalkan pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Biden berpendapat pembunuhan Haniyeh tak akan membantu untuk tercapainya gencatan senjata di Gaza.
Adanya kekhawatiran meningkatnya risiko eskalasi di perang Timur Tengah disebabkan karena pembunuhan Haniyeh di Iran.
Hamas dan Garda Revolusi Iran mengonfirmasikan kematian Haniyeh, yang berpartisipasi dalam negosiasi agar tercapainya gencatan senjata di Gaza.
Haniyeh terbunuh dalam ledakan yang terjadi di tempat menginapnya di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024).
Haniyeh tengah berada di Iran untuk menghadiri disumpahnya Presiden Iran, Masoud Pezeshkian.
“Yang pasti, ini tak akan membantu (gencatan senjata),’ kata Biden kepada reporter, Kamis (1/8/2024), saat ditanya apakah pembunuhan Haniyeh akan menghancurkan kesepakatan gencatan senjata, seperti dikutip dari Al-Arabiya.
Biden pun mengatakan ia telah melakukan pembicaraan langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengenai permasalahan yang ada.
Pemerintah Israel sendiri tak mengungkapkan secara langsung bahwa mereka bertanggung jawab atas kematian Haniyeh.
Namun, ia menegaskan bahwa Israel telah memberikan pukulan terhadap proksi Iran, termasuk Hamas dan Hizbullah.
Selain itu, bukan rahasia bahwa Netanyahu menginginkan kematian Haniyeh, dan pejabat Israel karena merasa mereka bertanggung jawab atas aksi kelompok perlawanan Palestina itu di utara Israel pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 orang untuk dijadikan sandera.
Israel sendiri berdalih sebagai upaya pembalasan, telah membunuh nyaris 40.000 warga Palestina sejak 7 Oktober lalu, berdasarkan pernyataan Kementerian Kesehatan Gaza.
(FH)